#Berani-Percaya Diri-Rendah Hati#
Ada sebuah cerita menakjubkan
dari seorang eksportir ternama, Andi
Susilo. Ia pernah mempunyai pengalaman mengekspor besek seberat satu ton ke Belanda!
“Hah?! Besek?, untuk apa pak?”, tanyaku menyela ceritanya.
“Lha iya, besek lho mba. Padahal jaman sekarang banyak tempat makanan yang
bisa menjaga kualitas makanan seperti Tupperware.
Tapi mereka lebih senang menggunakan besek.
Aneh kan ? Ceritanya gini. Orang Belanda itu merasakan manfaatnya besek sebagai tempat menyimpan rempah-rempah.
Aroma rempah-rempahnya masih bertahan lama bahkan bertahun-tahun. Sebab dulu
mereka diwarisi rempah-rempah oleh nenek moyang yang menjajah Indonesia.
Rempah-rempah itu disimpan di dalam besek.”
ujar lelaki yang menggeluti ekspor-impor sejak 1998.
Cerita itu keluar begitu saja
mengalir dari mulut beliau saat aku memberanikan diri bertanya pada penulis
“Buku Pintar Ekspor-Impor” ini. Kesempatan ini terjadi di Pesta Buku Gramedia
Pandanaran (2/2/2012). Di sana digelar talk show salama satu jam di panggung
kecil di sela-sela pengunjung berlalu lalang melihat buku-buku yang diobral
mulai dari Rp. 10.000.
Aku merasa ini adalah sebuah
jawaban dari Allah atas keinginanku menjadi eksportir produk-produk khas
Indonesia suatu saat nanti.
Besek adalah sebuah tempat berbentuk kubus yang dibelah dua terbuat
dari bambu yang diiris tipis. Biasanya digunakan untuk tempat rempah-rempah
atau makanan. Namun, saat ini kurang begitu populer akibat berdatangan
produk-produk tempat makanan berbahan plastik yang dari segi bentuk dan
tampilannya lebih menarik. Besek pun
kalah prestise.
Pertanyaan yang aku lontarkan
saat MC memberi kesempatan adalah mengenai motivasi dan alasan beliau
menggeluti ekspor-impor. Dijelaskan bahwa semua berawal dari sebuah keheranan
kepada sang kakak. Mengapa ia lebih memilih ekspor-impor dalam memulai
usahanya. Ternyata pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter pertanyaan itu
terjawab. Pada tahun itu banyak perusahaan bangkrut, karyawan di-PHK, namun
usaha ekspor kakaknya tetap saja berjalan malah mendapatkan keuntungan yang
lebih banyak akibat kurs dollar yang menguat berkali lipat terhadap rupiah.
Sejak saat itu Andi Susilo memberanikan diri menjadi eksportir.
Ternyata menjadi eksportir itu
gampang-gampang susah. Apapun bisa kita ekspor. Indonesia kaya akan kekayaan
alam yang tidak ada di luar negeri. Contohnya adalah besek yang baru saja diceritakan. Contoh produk lain adalah
sayur-sayuran. Seperti yang dilakukan pengusaha nyentrik Bob Sadino. Ia
hanya mengekspor terong ke Jepang. Namun, jangan salah, yang ia kirim satu ton
setiap harinya. Untuk menembus pasar ekspor Jepang pun bukan main sulitnya.
Jepang sangat memperhatikan kualitas. Jadi kualitas itu nomor satu. Kemudahannya
adalah kita bisa mendapatkan produk-produk tersebut dalam jumlah banyak dan
murah-meriah tentunya. Aku sempat nyletuk “trasi” saat Pak Andi tanya kelak aku
ingin mengekpor apa. Ubi, ketela pohon alias pohung (kata orang Semarang) alias
bodin (kata orang Tegal) juga bisa menjadi komoditas ekspor yang menggiurkan.
Di Mekah harga ketela pohon bisa mencapai 15 Riyal sekilo lebih mahal dari sekilo
ikan yang hanya 10 Riyal. Selain besek, Pak
andi pun pernah mengekpor daun pisang ke Belanda.
Salah satu usaha yang terbukti
mampu bertahan pada saat krisis ekonomi adalah sektor usaha kecil dan menengah
(UKM). Sektor prioritas seperti kerajinan, sandang, peternakan, perikanan,
pertanian, perkebunan, serta makanan dan minuman, perlu dikembangkan dengan
pertimbangan tidak hanya untuk memenuhi pasar dalam negeri, tetapi juga pasar
ekspor. Potensi sumber daya alam dan tenaga kerja sangat memungkinkan
penggarapan sektor ini.
Pasar luar negeri masih sangat
terbuka dalam menyerap hasil-hasil produksi dalam negeri, terutama untuk usaha
kecil. Dengan perluasan pasar akan mendongkrak kapasitas produksi yang jika
digarap dengan benar sangat besar peluangnya untuk mendapatkan keuntungan.
Sebaliknya, masuknya produk-produk tertentu dari luar negeri (impor) dengan
harga jauh di bawah harga produk-produk dalam negeri merupakan peluang bagi
pengusaha untuk mendatangkannya ke Indonesia, baik berupa produk sebagai bahan
baku untuk diolah maupun barang jadi untuk langsung dipasarkan.
“Buku Pintar Ekspor-Impor” ini
menjelaskan secara ringkas tentang jenis-jenis transaksi yang bisa dilakukan,
produk-produk yang bisa diperdagangkan, tata cara pelaksanaannya, regulasi yang
mengaturnya, serta pola dan jenis-jenis pembayarannya.
Semarang, 29 Pebruari 2012
Refreshing di sela-sela pusing dengan tugas..^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar