Senin, 26 September 2011

Jalan-jalan ke Puswil Riau yang Megah dan Nyaman

#Berani-Percaya Diri-Rendah Hati#
Jam di dinding menunjukkan 14.00 WIB. Segera aku berpamitan dengan Bapak dan Ibu untuk mengunjungi sebuah perpustakaan yang konon termegah di Indonesia. Aku pakai jaket, menstarter motor dan berangkat dengan hati penuh keriangan. “Hmm, kayak apa sih, perpus itu”, gumamku. Kususuri jalan keluar komplek perumahan Dinas yang bersebelahan dengan sebuah Lembaga Pemasyarakatan, kemudian keluar dari Kelurahan Tangkerang, Pekan Baru. “Ups, bensin menipis, dimana ada POM Bensin?, tanyaku dalam hati. Entahlah, yang penting jalan saja. Tiba-tiba hujan mulai turun. “Aha, ada penjual bensin ecer. Sekaliyan berteduh deh”. Aku menepi, masuk ke tempat penjualan helm dan bensin. Hujan semakin deras.
Aku menunggu sebentar, berharap hujan akan reda. Sambil menunggu aku bertanya dua orang gadis yang sedang mengobrol. Tekadku sudah bulat, siang ini aku harus ke Puswil, tidak ada waktu lagi sebab besok aku harus pulang ke Tegal. Maka aku langsung tancap gas, walaupun masih hujan. Aku ikuti petunjuk jalan yang diberikan dua gadis tersebut. Sepanjang jalan hujan, namun Alhamdulillah, di daerah Puswil reda. Sama sekali tidak hujan.
Subhanallah, takjub aku melihat kemegahan gedung Perpustakaan Wilayah ini. Aku parkirkan motor, melepas jaket yang basah dan mulai ambil gambar relief kebudayaan Melayu yang terpahat agung nan cantik di dinding bagian samping gedung. Berikutnya aku mulai masuk. Di lantai bawah ada cafeteria yang dilengkapi hot spot, arena baca anak-anak yang sangat menyenangkan, berwarna-warni, ruang informasi, rak penitipan tas, ruang baca koran, pojok PLN dan ruang internet gratis terdiri dari 10 PC.
Aku memilih duduk di cafeteria. Tujuanku untuk surfing internet. Setelah beberapa detik duduk, datang seorang wanita yang menawari makan dan minum. Banyak menu yang ditawarkan. Nasi goreng, mie goreng, kwetiau, roti bakar dan aneka minuman hangat serta dingin. Berhubung agak lapar dan kedinginan aku memesan roti bakar dan coklat hangat.
Kubuka netbook, sesaat kemudian hujan turun dengan deras. Pesanan pun datang. Hmm.. nikmat sekali suasana siang menjelang sore ini. Pemandangan di luar gedung tampak jelas sekali terlihat karena pembatas ruangan seluruhnya adalah kaca.
Banyak eksekutif muda dan pelajar yang duduk menikmati sajian dan bercengkrama dengan rekan-rekan di cafe ini. Bahkan ada yang membicarakan proyek-proyek bisnis. “Ini pak, berkasnya”, kata seorang gadis yang menyerahkan map besar kepada seorang laki-laki muda berpakaian kemeja.
Cafeteria ini bersebelahan dengan ruang baca anak, hanya dibatasi jalan. Desainnya dibuat terbuka, sehingga tampak semakin luas gedung yang sudah luas ini.
Setelah menghabiskan roti dan secangkir coklat, aku berjalan menuju ruang informasi, mencoba menggali lebih dalam tentang perpustakaan ini. Soeman HS itulah nama perpustakaan ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ronald Rinaldo, Staff Layanan bahwa Perpustakaan ini termegah di Indonesia. Ada 9000 judul buku. Gedung ini terdiri dari enam lantai. Lantai dasar terdapat cafeteria, ruang baca anak, ruang baca koran dan media center yang merupakan bantuan dari Dinas Infokom Propinsi Riau. Lantai 1 dan 2 merupakan tempat Layanan Umum/koleksi umum, registrasi anggota baru dan sirkulasi peminjaman.
Di lantai 2 ada sebuah ruangan yang khusus menempatkan buku-buku kesusastraan bantuan dari PT. ASTRA ARGO LESTARI, ada 1500 judul dan 40 komputer.
Di lantai 3 terdapat Layanan Referensi seperti ensiklopedia dan kamus. Serta terdapat juga Bilik Melayu. Bilik ini khusus menampilkan koleksi kebudayaan Melayu dan atau koleksi lokal yang diterbitkan di Riau. Daerah yang merupakan suku Melayu antara lain Riau, dan Kepulauan Riau, Batam, Sumatra Barat, Malaysia, Sebagian Kalimantan Barat, sebagian Sumatra Utara.
Berikutnya pada lantai 4 terdapat e-library tentang energy. Mendapat bantuan dari perusahaan CEVRON. Di lantai 5 merupakan tempat kerja pegawai perpustakaan. Total pegawai ada 110-an, belum termasuk pegawai Badan Arsip dan Dokumentasi karena Gedung ini membawahi tiga badan yakni Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi.
Mengenai Soeman HS, beliau adalah tokoh pendidikan dan kebudayaan di Riau. Meskipun beliau bukan asli Melayu yakni keturunan Tapanuli dengan marga Hasibuan namun beliau besar di Riau dan membangun pendidikan dan kebudayaan di Riau.
Visi perpustakaan yang dibangun tahun 2008 ini adalah Menjadi Perpustakaan Modern Berbasis Budaya Melayu dengan Nuansa Agamis yang Didukung oleh Pemanfaatan Teknologi Mutakhir. Sayang, aku hanya sempat mengunjungi sampai lantai 3. Waktu setempat menunjukkan pukul 16.50, sebentar lagi akan tutup. Menuruni tangga satu per satu, menikmati suasana dan beberapa kali ambil gambar lebih menyenangkan daripada menaiki lift yang telah disediakan.
Sore ini aku habiskan berkeliling kota Pekan Baru yang kaya ini.
-Pekan Baru, 20 September 2011-
Kenangan silaturahim ke tempat dinas Bapak.

Minggu, 25 September 2011

Tegal - Pekan Baru (Kunjungan Kedua)

#Berani-Percaya Diri-Rendah Hati#
Kunjungan yang kedua kami agendakan tanggal 18 – 21 September 2011.
Tampak di stasiun Besar Kota Tegal puluhan orang berbaris mengantri membeli tiket KA kelas ekonomi Tegal Arum. Kami sekeluarga naik Cirebon Express ke Jakarta.
Alhamdulillah akhirnya moment ini terjadi. Kami pergi berempat. Semoga perjalanan ini membewa hikmah dan pelajaran agar  kami makin akrab dan kompak.
Sepanjang jalan kering kerontang.
11.00 – 12.00 menunggu jemputan dari Pakde (kakak dari Ibu)
12.15 sampai di Sunter(Komplek Perumahan Angakatan Laut) masuk kawasan Jakarta Utara
12.15 makan siang dan ngobrol
13.30 tidur siang / memulihkan tenaga
15.00 mandi
15.30 – 16.30 perjalanan dari Sunter ke Bandara
16.30 – 17.00 check in di bandara, maskapai Lion Air
17.00 – 18.30 menunggu keberangkatan
18.30 – 19.00 persiapan di dalam pesawat
19.00 lepas landas
20.43 sampai di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II
Pemandangan lampu-lampu sangat indah, telaingaku sakit saat proses landing.
Naik taksi sampai ke Jln. Bindanak, Kelurahan Tangkerang, komplek Rumah Dinas Kanwil KPPN Pekan Baru.
Makan malam, istirahat.

19 September 2011
13.00 naik Taksi menuju ke Rumah Makan “Koki Sunda” di Jln. Sudirman, Pekan Baru. Ongkos Taksi Rp. 20.000. Menu terjangkau Ikan Patin Rp. 34.000 dapat dua ekor. Gratis lalapan dan rujak.
14.30 sampai di Mall SKA. Mall terbesar di Pekan Baru.  Dimana-mana saat ini penuh dengan kehidupan hedonis. Riau yang merupakan Kota yang menerapkan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari terbukti dengan Bangunan Masijd yang megah, kota yang bersih dan kayak arena mempunyai tambang minyak dan kelapa sawit. Namun menjadi rusak perlahan-lahan dengan hadirnya Mall-mall dan hotel-hotel berskala internasional. Tolok ukur atau standar internasional sebuah hotel ada adanya bar, anggur.  Kemudian para pekerja di mall diharuskan memakai seragam yang terdiri dari blus dan rok mini. Mungkin ini yang mereka maksud dengan tolok ukur sebuah profesionalisme kerja.  Tampak sekali wajah-wajah gadis desa yang lugu namun tampak aneh dengan dandanan menor dan pakaian ketat serta rok mini. Miris.
Saat menunggu jemputan aku membeli Sate Padang. Daging satu porsi delapan tusuk Rp. 10.000. Ayam satu porsi 8 tusuk Rp. 7000 dengan irisan kupat dicampur bumbu rempah-rempah  yang kental.

Tampak bus Trans Metro Pekan Baru melintas.
17.30 Taksi jemputan datang. Kami jalan-jalan dengan menggunakan taksi melewati masjid Namirah, masjid kecil yang desain eksteriornya megah, dibuat mirip dengan masjid nabawi. Letaknya di dekat Malll SKA.
Kemudian kami berkeliling ke arah Taman Budaya dan Masjid Agung An Nur Pekan Baru
Di depannya ada RSUD Arifin Achmad Kalingjuang
Di komplek Kampus Universitas Riau yakni di Jalan Ronggowarsito di sepanjang jalannya pada sore hari banyak pedagang makanan yang berjualan. Mereka menggelar kursi-kursi pendek. Kalau di Jawa biasanya ala lesehan. Ada aneka jus, roti bakar, dll.
Berhubung sudah memasuki waktu sholat maghrib, kami segera pulang kandang. Sholat jamaah di rumah saja.
Malam harinya sekitar 20.30 ambil laundry. Pemilik laundry asli orang Cepu. Serasa ga di perantauan nih. Berikutnya  mampir di warung makan penyet khas Semarang. Padahal kalau di Semarang tidak ada penyet seperti itu. Bumbunya modifikasi ala Melayu, pedas. Bukan bumbu kecap seperti penyet yang ada di Semarang. Yang membuat ketagihan adalah sambal trasinya. Eunak syekali. Tidak ada yang menandingi. Perasaan di Jawa belum pernah aku merasakan sambal trasi seenak itu. Trasinya dari Jawa atau Riau? Namun larisnya minta ampun rumah makan itu. Pemilik rumah makan asli Singosari, Peleburan Semarang.
Ada kejadian yang unik saat menunggu pesanan ayam penyet matang. Ada dua orang pengemis seorang anak kecil dan seorang lelaki buta. Setelah aku amati ternyata mereka berdua adalah pengemis yang ada di lampu lalu lintas di daerah Mall SKA, namun dengan pakaian yang berbeda. Sudah membersihkan diri mungkin.
Aku tidak memberikan uang. Aku pikir hal itu akan makin membuat mereka terlena dengan meminta-minta. Resiko terburuknya adalah mereka menjadikan mengemis menjadi sebuah profesi. Asik saja meminta, tanpa bekerja, tanpa berlelah-lelah atau memutar otak, mereka sudah mendapatkan uang.
Berikutnya ada seorang pengemis lagi. Kali ini anak kecil berumur  kurang lebih sembilan tahun dengan penuh percaya diri meminta uang Rp. 5000,00. Katanya ia belum makan dari pagi. Aku amati saat ia memelas ke beberapa pengunjung, semuanya menolak. Bahkan terlihat bercakap-cakap dengan anak itu. Mungkin menasehati anak itu. Bagaimana tidak. Postur anak itu terlihat sehat, tidak lesu layaknya orang yang belum makan seharian. Pintar sekali anak itu berbohong. Heran aku dibutnya, dia begitu percaya diri meminta-minta!  Ya, seharusnya anak itu tidak mengemis. Kalaupun ia benar-benar butuh uang, sebaiknya bekerja entah memcuci piring, mengantarkan barang atau menjualkan barang milik orang lain.
Pemandangan selanjutnya sedikit kontras. Ada anak kecil yang berjualan koran. Nah, ini yang patut dicontoh. Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan Riba. So, jualan itu halal. Jadi bakul itu halal. Tak perlu malu apalagi gengsi.


 Berikutnya aku dan Bapak menyusuri jalan ke arah Jln. Sudirman mencari oleh-oleh untuk tetangga dan kerabat di Tegal. Eh, ternyata tutup.
Berikutnya aku dan Bapak membeli es cincau hijau yang dicampu air madu dan air jeruk nipis. Ini adalah jamu panas dalam.
Yang menarik saat melintasi kota Pekan Baru adalah desain bangunannya. Gedung-gedung pemerintah hampir seluruhnya mempunyai desain eksterior rumah Melayu dengan aksen ukiran kayu di bawah genting yang sangat khas.
20 September 2011
Aku dan Bapak sholat Subuh di masjid setempat namanya masjid Roudhotul Amilin terletak di Jln. Tangkerang Amilin.
Kemudian kami aktifitas saja di rumah. Sampai akhirnya 10.50 aku pergi ke rumah makan Bu Bejo. Kepanjangan dari  Betawi – Jowo. Terdapat masakan Betawi dan Jawa.
Saat menunggu antrian, mata ini melihat seorang lelaki tua yang berjualan sapu lidi, sapu pembersih sarang laba-laba dan beberapa anyaman bamboo.

Sekilas Perjalanan Haji 1431 H 2010 M Part I

#Berani-Percaya Diri-Rendah Hati# Yaaah.. itulah hidup yang kurasa bagaikan mimpi. Sekejap terjadi begitu saja.. Banyak hal yang tidak bisa...