#Berani-Percaya Diri-Rendah Hati#
Kunjungan yang kedua kami agendakan tanggal 18 – 21 September 2011.
Tampak
di stasiun Besar Kota Tegal puluhan orang berbaris mengantri membeli
tiket KA kelas ekonomi Tegal Arum. Kami sekeluarga naik Cirebon Express
ke Jakarta.
Alhamdulillah
akhirnya moment ini terjadi. Kami pergi berempat. Semoga perjalanan ini
membewa hikmah dan pelajaran agar kami makin akrab dan kompak.
Sepanjang jalan kering kerontang.
11.00 – 12.00 menunggu jemputan dari Pakde (kakak dari Ibu)
12.15 sampai di Sunter(Komplek Perumahan Angakatan Laut) masuk kawasan Jakarta Utara
12.15 makan siang dan ngobrol
13.30 tidur siang / memulihkan tenaga
15.00 mandi
15.30 – 16.30 perjalanan dari Sunter ke Bandara
16.30 – 17.00 check in di bandara, maskapai Lion Air
17.00 – 18.30 menunggu keberangkatan
18.30 – 19.00 persiapan di dalam pesawat
19.00 lepas landas
20.43 sampai di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II
Pemandangan lampu-lampu sangat indah, telaingaku sakit saat proses landing.
Naik taksi sampai ke Jln. Bindanak, Kelurahan Tangkerang, komplek Rumah Dinas Kanwil KPPN Pekan Baru.
Makan malam, istirahat.
19 September 2011
13.00
naik Taksi menuju ke Rumah Makan “Koki Sunda” di Jln. Sudirman, Pekan
Baru. Ongkos Taksi Rp. 20.000. Menu terjangkau Ikan Patin Rp. 34.000
dapat dua ekor. Gratis lalapan dan rujak.
14.30
sampai di Mall SKA. Mall terbesar di Pekan Baru. Dimana-mana saat ini
penuh dengan kehidupan hedonis. Riau yang merupakan Kota yang menerapkan
syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari terbukti dengan Bangunan
Masijd yang megah, kota yang bersih dan kayak arena mempunyai tambang
minyak dan kelapa sawit. Namun menjadi rusak perlahan-lahan dengan
hadirnya Mall-mall dan hotel-hotel berskala internasional. Tolok ukur
atau standar internasional sebuah hotel ada adanya bar, anggur.
Kemudian para pekerja di mall diharuskan memakai seragam yang terdiri
dari blus dan rok mini. Mungkin ini yang mereka maksud dengan tolok ukur
sebuah profesionalisme kerja. Tampak sekali wajah-wajah gadis desa
yang lugu namun tampak aneh dengan dandanan menor dan pakaian ketat
serta rok mini. Miris.
Saat
menunggu jemputan aku membeli Sate Padang. Daging satu porsi delapan
tusuk Rp. 10.000. Ayam satu porsi 8 tusuk Rp. 7000 dengan irisan kupat
dicampur bumbu rempah-rempah yang kental.
Tampak bus Trans Metro Pekan Baru melintas.
17.30
Taksi jemputan datang. Kami jalan-jalan dengan menggunakan taksi
melewati masjid Namirah, masjid kecil yang desain eksteriornya megah,
dibuat mirip dengan masjid nabawi. Letaknya di dekat Malll SKA.
Kemudian kami berkeliling ke arah Taman Budaya dan Masjid Agung An Nur Pekan Baru
Di depannya ada RSUD Arifin Achmad Kalingjuang
Di
komplek Kampus Universitas Riau yakni di Jalan Ronggowarsito di
sepanjang jalannya pada sore hari banyak pedagang makanan yang
berjualan. Mereka menggelar kursi-kursi pendek. Kalau di Jawa biasanya
ala lesehan. Ada aneka jus, roti bakar, dll.
Berhubung sudah memasuki waktu sholat maghrib, kami segera pulang kandang. Sholat jamaah di rumah saja.
Malam
harinya sekitar 20.30 ambil laundry. Pemilik laundry asli orang Cepu.
Serasa ga di perantauan nih. Berikutnya mampir di warung makan penyet
khas Semarang. Padahal kalau di Semarang tidak ada penyet seperti itu.
Bumbunya modifikasi ala Melayu, pedas. Bukan bumbu kecap seperti penyet
yang ada di Semarang. Yang membuat ketagihan adalah sambal trasinya.
Eunak syekali. Tidak ada yang menandingi. Perasaan di Jawa belum pernah
aku merasakan sambal trasi seenak itu. Trasinya dari Jawa atau Riau?
Namun larisnya minta ampun rumah makan itu. Pemilik rumah makan asli
Singosari, Peleburan Semarang.
Ada
kejadian yang unik saat menunggu pesanan ayam penyet matang. Ada dua
orang pengemis seorang anak kecil dan seorang lelaki buta. Setelah aku
amati ternyata mereka berdua adalah pengemis yang ada di lampu lalu
lintas di daerah Mall SKA, namun dengan pakaian yang berbeda. Sudah
membersihkan diri mungkin.
Aku
tidak memberikan uang. Aku pikir hal itu akan makin membuat mereka
terlena dengan meminta-minta. Resiko terburuknya adalah mereka
menjadikan mengemis menjadi sebuah profesi. Asik saja meminta, tanpa
bekerja, tanpa berlelah-lelah atau memutar otak, mereka sudah
mendapatkan uang.
Berikutnya
ada seorang pengemis lagi. Kali ini anak kecil berumur kurang lebih
sembilan tahun dengan penuh percaya diri meminta uang Rp. 5000,00.
Katanya ia belum makan dari pagi. Aku amati saat ia memelas ke beberapa
pengunjung, semuanya menolak. Bahkan terlihat bercakap-cakap dengan anak
itu. Mungkin menasehati anak itu. Bagaimana tidak. Postur anak itu
terlihat sehat, tidak lesu layaknya orang yang belum makan seharian.
Pintar sekali anak itu berbohong. Heran aku dibutnya, dia begitu percaya
diri meminta-minta! Ya, seharusnya anak itu tidak mengemis. Kalaupun
ia benar-benar butuh uang, sebaiknya bekerja entah memcuci piring,
mengantarkan barang atau menjualkan barang milik orang lain.
Pemandangan
selanjutnya sedikit kontras. Ada anak kecil yang berjualan koran. Nah,
ini yang patut dicontoh. Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan
Riba. So, jualan itu halal. Jadi bakul itu halal. Tak perlu malu
apalagi gengsi.
Berikutnya
aku dan Bapak menyusuri jalan ke arah Jln. Sudirman mencari oleh-oleh
untuk tetangga dan kerabat di Tegal. Eh, ternyata tutup.
Berikutnya aku dan Bapak membeli es cincau hijau yang dicampu air madu dan air jeruk nipis. Ini adalah jamu panas dalam.
Yang
menarik saat melintasi kota Pekan Baru adalah desain bangunannya.
Gedung-gedung pemerintah hampir seluruhnya mempunyai desain eksterior
rumah Melayu dengan aksen ukiran kayu di bawah genting yang sangat khas.
20 September 2011
Aku dan Bapak sholat Subuh di masjid setempat namanya masjid Roudhotul Amilin terletak di Jln. Tangkerang Amilin.
Kemudian
kami aktifitas saja di rumah. Sampai akhirnya 10.50 aku pergi ke rumah
makan Bu Bejo. Kepanjangan dari Betawi – Jowo. Terdapat masakan Betawi
dan Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar